Duit
Kian kemari, gue kian merasa bahwa kekayaan materi –dalam hal
ini adalah uang- sebagai sesuatu yang fungsional.
Uang, pada dasarnya digunakan sebagai alat tukar. Logikanya:
semakin banyak uang yang dimiliki, semakin banyak hal yang bisa ditukar.
Termasuk didalamnya teknologi, informasi, kebutuhan inti dan lain-lain.
Pada saat yang bersamaan, orang-orang dengan pola pikir
konvensional mengukur kesuksesan berdasarkan banyaknya uang yang dimiliki
seseorang. Menurut gue, ini cenderung keliru. Bagaimanapun, uang adalah sumber
daya. Dalam ilmu manajemen, sumber daya terbatas jumlahnya, jadi harus
dimanfaatkan secara optimal. Bukan tentang berapa kuantitasnya, tapi bagaimana
uang tersebut diperoleh dan disalurkan.
Sukses buat gue saat ini masih secetek hidup merdeka dan
sejahtera. Dalam pengertian bebas beban moral dan finansial. Apalagi gue tumbuh
dalam lingkungan dengan budaya kekeluargaan, dimana anak sulung diharapkan
untuk mendukung keluarganya. Penting untuk mengelola uang dengan baik, agar
bisa kirim uang ke kampung, bantu menyekolahkan adik-adik dan lain sebagainya. Gue
juga berusaha untuk hidup tanpa hutang. Sejahtera bukan berarti punya segalanya
sih buat gue. Tapi terpenuhi kebutuhan dan terkucupi keinginannya. (yang primer
harus penuh dulu, sekunder secukupnya aja).
Diatas segalanya, yang pokok dari pembahasan ini adalah pola
pikir dan pandangan kejiwaan seseorang terhadap uang. Ada orang yang jiwanya haus
banget sama materi, sampai-sampai pola pikirnya adalah melakukan apapun untuk
mencapai tujuan. Ada yang berpikir bahwa uang adalah medium, jadi jiwa dan
caranya memperoleh uang cenderung sehat.
Adios Diego!
Comments
Post a Comment